Tag Archives: fisik

fana dan kematian fisik

Menuju ketiadaan (fana’) seperti mematikan ‘saklar-saklar’ yang terhubung ke dunia luar (panca indera), mematikan segala gejolak hawa nafsu, mematikan fikiran, mematikan rasa. kalo masih ada nafsu/fikiran/rasa yang muncul, sadari saja keberadaan mereka. Ini seperti simulasi kematian fisik. Apa kira-kira yang kita dapati dalam keadaan ini? hening, sunyi, sepi sendiri, ada gelap,ada terang. Intinya KEHENINGAN. Diam tak bergeming di awang-awang, bagai berada di tengah-tengah gumpalan awan yang lembut. sejauh ‘mata’ memandang, tak terlihat apapun selain fenomena gelap/terang. sejauh ‘telinga’ mendengar, tak terdengar apapun selain kesunyisenyapan.

Pada saat datangnya kematian, dunia seolah menangisi kita, padahal sesaat kemudian kita telah diacuhkan dan dunia kembali sibuk dengan perputarannya, kecuali orang-orang terdekat yang senantiasa mendoakan. Jasad diusung hingga ke liang lahat dan akhirnya terkubur. Sang jiwa pun kebingungan tak tahu harus kemana. Dia hanya bisa melihat kesibukan orang-orang yang mengantarkannya ke tempat peristirahatan fisiknya yang terakhir. Tak berapa lama kemudian dia akan merasakan kesunyian itu dan bertanya “Mau kemana diriku dalam kehidupan baruku ini?”.

Jika tidak ada penunjuk jalan atau minimal penerima tamu, tentu dia akan terhenyak dan berdiam diri saja. Tak berapa lama kemudian dua sosok malaikat pendamping selama hidupnya menemuinya, setelah sebelumnya Malaikat Izroil mencabut nyawanya. Sungguh kehidupan di alam barzakh amat menyiksa dan berat jika tidak ada Cahaya Allah, bagai anak ayam kehilangan induknya. Sekarang dia menyadari jiwanya dengan kesadaran yang lebih cermat dari sebelumnya. “Oh ini toh diriku yang dulu dibungkus jasad fisik, sungguh malang diriku yang menyia-nyiakan waktu untuk amal shaleh/dharma”. Ingin rasanya ia kembali ke kehidupan dunia untuk menghiasi jasad fisiknya dengan perbuatan terbaik. Dia menyesali kesalahan-kesalahan selama hidup di dunia.

Kesadaran jiwa yang bisa dirasakan adalah buah dari benih-benih perbuatan di kehidupan dunianya. Telah hilang semua kebanggaan atas apa-apa yang pernah ‘dimiliki’nya selama hidupnya. Sesungguhnya dia memasuki kehidupan baru tanpa disertai tubuh fisik saat di dunia. Tubuhnya kini adalah tubuh cahaya, percikan dari cahayaNya. Jika jiwanya bersih dan tersucikan, cahaya ini terang namun lembut. namun jika jiwanya kotor, cahaya ini kusam dan kotor. Agar kita tidak tersesat, maka raihlah kesadaran Tauhid, kesadaran yang bertumpu hanya kepada Allah, bukan pada makhlukNya.